Misteri Bumi Dunia Paralel Di Galaksi dan Dimensi Lain

Diposkan oleh Label: di
Berkaitan dengan misteri alam semesta, setelah sebelumnya ditulis tentang bagaimana misteri UFO? kini muncul pertanyaan : Adakah planet bumi di galaksi lain? atau adakah bumi di sistem tata surya yang lain? Sebuah pertanyaan yang sampai sekarang masih misterius. Para ahli telah melakukan beberapa penelitian mengenai hal ini. Bagaimana kesimpulan yang didapat, ini menjadi jawaban yang sangat ditunggu-tunggu.

Misteri dunia paralel? Mungkinkah keberadaan bumi dalam versi lain di dunia yang berbeda dengan dunia yang anda tempati sekarang itu ada? Pertanyaan itu barangkali terkesan fiksi, namun perkembangan fisika quantum yang mendobrak fisika klasik selama satu dekade terakhir berkata lain. Dunia paralel itu bisa saja ada. Kita bisa saja berada dalam dua, sepuluh, seratus, seribu, atau mungkin milyaran tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan, bukan bergiliran. Anda dan versi lain diri anda benar-benar ada. Bagaimana itu terjadi ?

Ide multiverse tidak diciptakan oleh keajaiban dari sinkronisitas. Ini merupakan konsekuensi dari kondisi tanpa batas-serta teori-teori lain dari kosmologi modern . Dengan cara yang sama seperti kondisi kebetulan yang terjadi pada sistem tata surya kita, ternyata ada miliaran sistem yang sama yang eksis, yang kesesuaiannya dalam hukum alam dapat dijelaskan dengan adanya eksistensi banyak semesta.Dalam fisika, interpretasi banyak semesta dari mekanika kuantum, dirancang oleh Hugh Everett III pada tahun 1957 dan disempurnakan oleh Bryce Seligman DeWitt pada 1960-an dan 1970-an, yang merupakan upaya untuk menyatukan pendapat yang bertentangan tentang peristiwa nondeterministic (yaitu, kejadian yang timbul secara acak, seperti peluruhan atom radioaktif) dengan persamaan kuantum deterministik. Meskipun keduanya akan bertentangan dalam satu realitas linear, keduanya akan mungkin disatukan jika ada lebih dari satu realitas seperti pohon dengan sejumlah besar cabang, satu untuk setiap hasil kuantum yang mungkin.Beberapa ilmuwan yang meyakini teori semesta banyak/multiverses telah menyatakan bahwa mungkin ada jumlah tak terbatas alam semesta paralel yang berasal dari semua kejadian yang mungkin dalam realitas. Hawking, bagaimanapun, mengambil pandangan yang sedikit lebih konservatif. Dia mengatakan bahwa M-teori, yang disebut teori segalanya bisa memberikan penjelasan yang komprehensif tentang realitas, dia memperkirakan ada sebanyak 10 pangkat 500 semesta, masing-masing dengan hukum-hukum fisikanya sendiri Tetapi ada artikel terbaru dari wartawan ruang angkasa dan astronomi Rachel Courtland dalam majalah New Scientist yang memberi rincian, konsep multiverse ternyata menciptakan sejumlah pertanyaan potensial bagi mekanika kuantum, karena mensyaratkan adanya doppelgangers – yaitu, salinan identik dari masing-masing dan setiap dari kita. Sejumlah besar kembar identik ini mungkin menyebabkan malapetaka pada salah satu prinsip dari teori kuantum, yaitu bahwa benda-benda berada dalam superposisi dari semua keadaan yang mungkin dari mereka secara bersamaan. Sebuah tim yang dipimpin oleh fisikawan Anthony Aguirre di University of California, Santa Cruz, baru-baru ini telah mengusulkan solusi, yang ditulis di New Scientist. Para ilmuwan ini menyimpulkan adanya jumlah tak terbatas doppelgangers yang melakukan percobaan tertentu adalah setara dengan seorang pengamat yang melakukan percobaan sebanyak tak terhingga.

Alih-alih ketidakpastian yang diperlukan dalam teori kuantum berasal dari pengamat yang tidak mengetahui hasil percobaan di muka, mereka membayangkan adanya beberapa pengamat yang mendapatkan hasil yang berbeda. Ketidakpastian itu berasal dari kenyataan bahwa Anda tidak tahu pengamat yang mana Anda, kata Aguirre kepada majalah New Scientist.
Menurut Max Tegmark, para ahli fisika telah menetapkan ada 4 tingkatan dunia paralel-parallel universe.

Level I : Beyond Our Cosmic Horison: Merupakan teori parallel universe yang paling kecil tingkat kontoversialnya.Teori ini menyatakan bahwa parallel universe tidak dapat kita lihat karena ia berada diluar garis horison alam semesta kita. Analoginya seperti kita melihat kapal di tengah laut. Kita tidak dapat melihat kapal apabila ia berada di luar horison. Tetapi jika kapal itu mendekati kita , dan masuk dalam horison, kita akan dapat melihat kapal itu sedikit demi sedikit. Parallel universe level I oleh ahli fisika digambarkan bahwa alam semesta kita seperti gelembung udara yang saling berdesak-desakan dalam ruang yang disebut jagad raya.

Level II : Other Postiflation Bubbles : Level ini menyatakan , bila alam semesta pada level I dapat dikelompokkan menjadi satu multiverse , maka jagad raya ini terdapat banyak multiverse. Teori ini didasarkan pada teori Chaotic Eternal Inflation , yang menyatakan bahwa jagad raya kita terus berkembang semakin membesar sejak terjadinya big bang hingga sekarang. Teori ini menyatakan bahwa kita selamanya tidak dapat melihat multiverse lainnya dikarenakan cepatnya perkembangan jagat raya yang menjadi perantara multiverse.

Level III : Quantum Many World :Teori ini menyatakan bahwa alam semsta lainnya berada disekitar kita! Teori ini berkembang dari teori mekanika kuantum yang menyatakan bahwa proses kuantum acak menyebabkan alam semesta bercabang dengan banyaknnya kemungkinan yang terjadi. Perbedaan mendasar pada level I dan III adalah letak alam semesta yang sama dengan alam semesta kita.Level I menyatakan bahwa alam semesta yang sama dengan alam semesta kita kita berada diluar horison , sedangkan level III mengatakan alam semesta yang sama dengan alam semesta kita kita berada pada cabang kuantum lainnya. Level III merupakan teori parallel universe yang paling tinggi kontroversialnya , karena teori ini berkembang dari teori mekanika kuantum yang juga kontoversial.

Level IV : Other Mathematical Structures : Merupakan teori paralllel universe yang matematis dan menggunakan semua kemungkinan yang ada. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta lainnya tidak hanya berada di luar horison alam semesta kita tetapi juga berbeda dengan alam semesta kita dalam segala hal , misalnya : waktu , hukum fisika , dan jagat raya. Alam semesta pada level IV ini sangat sulit untuk divisualisasikan karena banyaknya kemungkinan yang dapat terjadi. Salah satu buktinya adanya parallel universe ini ditemukan oleh dua orang ahli fisika, Dr.Robert Foot dan Dr.Saibal Mitra, Melbourne, Australia. Bukti tersebut mereka temukan pada penelitian asteroid Eros berupa adanya percikan mirror matter. Mereka mendefinisikan mirror matter sebagai bayang cermin dari sesuatu yang ada di alam semesta sebagai penyetabil alam semesta. Mirror Matter ini ada sebagai pemenuhan kodrati alam yang selalu simetris dan mempunyai dua sisi , kanan dan kiri. Alam semesta adalah sisi kiri dan mirror matter adalah sisi kanannya. Kita pada saat ini belum dapat melihat keberadaan mirror matter karena ia berinteraksi dengan alam semesta kita hanya melalui gravitasi.

Setiap menit, milyaran partikel melintas dari matahari menerobos tubuh kita dan lintasan mereka berlanjut, menerobos planet seolah-olah materi padat itu tidak ada.

Tentu saja ini adalah neutrino, partikel "tanpa massa". Sementara sebuah studi baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa partikel yang tidak bermuatan ini sebenarnya memiliki massa, namun neutrino tetap merupakan partikel subatomik (lebih kecil dari atom atau yang ada di dalam atom) yang paling sulit dipelajari bagi para ahli fisika moderen. Terutama dikarenakan dampak yang dihasilkannya pada struktur atom saat mereka bergerak sangat kecil.

Sehubungan dengan sangat kecilnya ukuran mereka menerobos segala sesuatunya, seolah-olah mereka adalah hantu-hantu.

Namun cukup beruntung, karena ada beberapa neutrino yang sudah dapat diamati melalui detektor khusus yang ada di sebuah laboratorium di Kutub Selatan, membuat para ilmuwan sudah bisa meyakini adanya keberadaan dari dimensi lain.

Jadi mengapa membangun sebuah laboratorium di Kutub Selatan?
Dalam perburuannya untuk menemukan dimensi lain, para ilmuwan secara spefisik membutuhkan sebuah partikel yang melintasi galaksi yang dikenal sebagai sebuah neutrino energi tinggi. Sementara kami masih tidak mempunyai cara teknologi untuk memproduksi partikel seperti itu dalam sebuah akselerator, alam dapat menghasilkan efek yang diinginkan. Kutub Selatan benar-benar menawarkan suatu letak pada Bumi dengan sedikit campur tangan dari faktor-faktor lain.

Tetapi sekalipun dengan fasilitas kutub, neutrino spesifik ini sulit untuk ditemukan. Laboratorium AMANDA (Antarctic Muon And Neutrino Detector Array / Jajaran Detektor Muon dan Neutrino Antartika) sejauh ini telah mendeteksi sedikit neutrino energi tinggi, namun sebuah peralatan deteksi baru masih sedang diperbaiki - peralatan yang disebut Ice Cube - ini dapat memperbesar kemungkinan untuk mengamati partikel-partikel yang sulit ditangkap ini.

Dengan sensor khusus yang terpendam beberapa ratus kaki di bawah lapisan es yang menutupi kutub, para ilmuwan dapat mendeteksi kilatan cahaya biru ketika neutrino energi tinggi (partikel yang membombardir kita trilyunan tiap detik) ini bertumbukkan dengan inti-inti atom di lapisan es yang membentuk dinding instalasi.

Perlihatkan dimensi yang berbeda
Dengan menganalisa temuan ini, para ilmuwan AMANDA telah menyimpulkan bahwa sangat mungkin Teori Superstring (TS) pada hakekatnya bisa menggambarkan suatu kenyataan yang akurat - sejauh ini TS menyatakan bahwa terlepas dari ruang tiga dimensi yang dapat kita lihat, alam semesta bahkan mempunyai dimensi kompleks yang lebih besar.

Ketika neutrino energi tinggi (partikel yang melintasi wilayah terdalam dari ruang angkasa) ini bertumbukkan dengan proton yang ada di bumi, para ilmuwan percaya bahwa mereka mungkin memiliki sebuah jendela dalam memasuki dimensi-dimensi lain.

Jadi jika benar-benar ada lebih dari tiga dimensi fisik, mengapa kita tidak dapat melihatnya? Jawabannya sederhana untuk dikatakan, namun masih sulit untuk sungguh-sungguh dimengerti: Dimensi ekstra TS mengacu pada yang sangat kecil sekali - lebih kecil daripada diameter sebuah atom.

Menurut TS, alam semesta terdiri dari 9, 10, 11 dimensi

7 lapisan langit dan kaitannya dengan dimensi
Pembahasan selanjutnya yang akan kita bicarakan dari segi ilmu manusia, dan mudah-mudahan penjelasan ini mudah untuk dipahami. Perlu konsentrasi otak pikiran serta jeli dalam menelaah setiap maksud yang akan diuraikan pada tulisan di bawah, agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.

Berdasarkan sejarah tentang Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW yakni Nabi Muhammad SAW, kemungkinan yang dimaksud 7 lapisan langit di sini bukan berarti langit tersebut menumpuk secara berlapis-lapis seperti kue lapis, tapi ketujuh lapisan tersebut semakin meningkat kedudukannya sesuai dengan bertambah tingkat dimensinya.

Pertambahan tingkat dimensi ketujuh lapisan langit tersebut hanya bisa digambarkan dengan memproyeksikannya ke langit pertama (dimensi ruang yang dihuni oleh kita) yang berdimensi tiga. Karena hanya ruang berdimensi tiga inilah yang bisa difahami oleh kita. Secara analog, kita bisa membuat perumpamaan sebagai berikut :

Tampak bahwa sebuah garis berdimensi 1 tersusun dari titik-titik dalam jumlah tak terbatas. Sama kayak istilah pixel dalam desain grafis, dimana gambar yang tercipta adalah himpunan titik-titik yang sangat banyak dan dengan warna yang beragam sehingga membentuk pola tertentu menjadi gambar. Titik-titik ini akan membentuk garis yang kemudian garis-garis tersebut disusun dalam jumlah tak terbatas hingga menjadi sebuah luasan berdimensi 2. Dan jika luasan-luasan serupa ini ditumpuk ke atas dalam jumlah yang tak terbatas, maka akan terbentuk sebuah balok (ruang berdimensi 3).

Kesimpulannya adalah sebuah ruang berdimensi tertentu tersusun oleh ruang berdimensi lebih rendah dalam jumlah yang tidak terbatas. Atau dengan kata lain ruang yang berdimensi lebih rendah dalam jumlah yang tidak terbatas akan menyusun menjadi ruang berdimensi yang lebih tinggi. Misalnya, ruang 3 dimensi – dimensi ruang yang sekarang dihuni oleh kita ini – dengan jumlah tak terbatas menyusun menjadi satu ruang berdimensi empat. Demikian seterusnya sehingga setiap dimensi yang satu dengan yang lain saling berkaitan.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langit pertama
Ruang berdimensi 3 yang dihuni oleh makhluk berdimensi 3, yakni manusia, binatang, tumbuhan dan lain-lain yang tinggal di bumi beserta benda-benda angkasa lainnya dalam jumlah yang tak terbatas. Namun hanya satu lapisan ruang berdimensi 3 yang diketahui berpenghuni, dan bersama-sama dengan ruang berdimensi 3 lainnya. Jadi dimensi 3 adalah dimensi yang sangat kasar dan padat, sehingga dapat diraba dan dilihat dengan kasat mata. Alam semesta kita ini menjadi penyusun langit kedua yang berdimensi 4. Benarkah demikian? Mari difikirkan bersama kebenarannya..

Langit kedua
Ruang berdimensi 4 yang dihuni oleh bangsa jin beserta makhluk berdimensi 4 lainnya. Sehingga mahluk di dimensi 3 tidak akan bisa melihat mahluk di dimensi 4, tetapi mahluk dimensi 4 kemungkinan bisa melihat mahluk dimensi 3. Ruang berdimensi 4 ini bersama-sama dengan ruang berdimensi 4 lainnya membentuk langit yang lebih tinggi, yaitu langit ketiga.

Langit ketiga
Ruang berdimensi 5 yang di dalamnya “hidup” arwah dari orang-orang yang sudah meninggal atau mungkin alam kubur. Mereka juga menempati langit keempat sampai dengan langit keenam tergantung tingkatannya. Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, diceritakan bahwa Rasulullah bertemu dengan nabi2 terdahulu yang berbeda2 disetiap lapisannya. Langit ketiga ini bersama-sama dengan langit ketiga lainnya menyusun langit keempat dan seterusnya hingga langit ketujuh yang berdimensi 9.

Bisa dibayangkan betapa besarnya langit ketujuh itu. Karena ia adalah jumlah kelipatan tak terbatas dari langit dunia (langit pertama) yang dihuni oleh manusia. Berarti langit dunia kita ini berada dalam struktur langit yang enam lainnya, termasuk langit yang ketujuh ini. Jika alam akhirat, surga dan neraka terdapat di langit ke tujuh, maka bisa dikatakan surga dan neraka itu begitu dekat dengan dunia kita tapi berbeda dimensi.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa langit dunia kita ini merupakan bagian dari struktur langit ketujuh. Berarti alam dunia ini merupakan bagian terkecil dari alam akhirat. Penjelasan ini sesuai dengan hadist Nabi:
“Perbandingan antara alam dunia dan akhirat adalah seperti air samudera, celupkanlah jarimu ke samudera, maka setetes air yang ada di jarimu itu adalah dunia, sedangkan air samudera yang sangat luas adalah akhirat”.
Perumpamaan setetes air samudera di ujung jari tersebut menggambarkan dua hal:
  1. Ukuran alam dunia dibandingkan alam akhirat adalah seumpama setetes air di ujung jari dengan keseluruhan air dalam sebuah samudera. Hal ini adalah penggambaran yang luar biasa betapa luasnya alam akhirat itu.
  2. Keberadaan alam dunia terhadap alam akhirat yang diibaratkan setetes air berada dalam samudera. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa alam dunia merupakan bagian dari alam akhirat, hanya ukurannya yang tak terbatas kecilnya. Begitu juga dengan kualitas dan ukuran segala hal, baik itu kebahagiaan, kesengsaraan, rasa sakit, jarak, panas api, dan lain sebagainya, di mana ukuran yang dirasakan di alam dunia hanyalah sedikit sekali.
Berbagai ruang dimensi dan interaksi antar makhluk penghuninya

1. Langit pertama atau langit dunia
Seperti disebutkan pada ayat 11-12 Surat Fushshilat di atas, maka yang disebut langit yang dekat tersebut adalah langit dunia kita ini atau disebut juga alam semesta kita ini. Digambarkan bahwa langit yang dekat itu dihiasi dengan bintang-bintang yang cemerlang, dan memang itulah isi yang utama dari alam semesta. Bintang-bintang membentuk galaksi dan kluster hingga superkluster. Planet-planet sesungguhnya hanyalah pecahan dari bintang-bintang itu. Seperti tata surya kita, matahari adalah sebuah bintang dan sembilan planet yang mengikatinya adalah pecahannya, atau pecahan bintang terdekat lainnya. Sedangkan tokoh utama di langit pertama ini adalah kita manusia yang mendiami bumi, planet anggota tata surya.
Langit pertama ini tidak terbatas namun berhingga. Artinya batasan luasnya tidak diketahui tapi sudah bisa dipastikan ada ujungnya. Diperkirakan diameter alam semesta mencapai 30 miliar tahun cahaya. Artinya jika cahaya dengan kecepatannya 300 ribu km/detik melintas dari ujung yang satu ke ujung lainnya, maka dibutuhkan waktu 30 miliar tahun untuk menempuhnya.
Apabila digambarkan bentuknya kira-kira seperti sebuah bola dengan bintik-bintik di permukaannya. Di mana bintik-bintik tersebut adalah bumi dan benda-benda angkasa lainnya. Apabila kita berjalan mengelilingi permukaan bola berkeliling, akhirnya kita akan kembali ke titik yang sama. Permukaan bola tersebut adalah dua dimensi. Sedangkan alam semesta yang sesungguhnya adalah ruang tiga dimensi yang melengkung seperti permukaan balon itu. Jadi penggambarannya sangat sulit sekali sehingga diperumpamakan dengan sisi bola yang dua dimensi agar memudahkan penjelasannya.

2. Langit kedua
Seperti diterangkan sebelumnya bahwa setiap lapisan langit tersusun secara dimensional. Diasumsikan bahwa pertambahan dimensi setiap lapisan adalah 1 dimensi. Jadi apabila langit pertama atau langit dunia kita ini berdimensi 3, maka langit kedua berdimensi 4. Langit kedua ini kemungkinan dihuni oleh makhluk berdimensi 4, yakni bangsa jin.
Apabila digambarkan posisi langit kedua terhadap langit pertama adalah seperti gambaran balon pertama tadi. Di mana bagian permukaan bola berdimensi 2 adalah alam dunia kita yang berdimensi 3, sedangkan ruangan di dalam balon yang berdimensi 3 adalah langit kedua berdimensi 4. Jadi apabila kita melintasi alam dunia harus mengikuti lengkungan bola, akibatnya perjalanan dari satu titik ke titik lainnya harus menempuh jarak yang jauh. Sedangkan bagi bangsa jin yang berdimensi 4 mereka bisa dengan mudah mengambil jalan pintas memotong di tengah bola, sehingga jarak tempuh menjadi lebih dekat.
Deskripsi lain adalah seperti gambar berikut:
Bayangkanlah permukaan tembok dan sebuah ruangan yang dikelilingi oleh dinding-dindingnya. Umpamakan ada dua jenis makhluk yang tinggal di sana. Makhluk pertama adalah makhluk bayang-bayang yang hidup di permukaan tembok berdimensi 2. Sedangkan makhluk kedua adalah makhluk balok berdimensi 3. Ingatlah analogi alam berdimensi 3 dengan makhluk manusianya adalah permukaan tembok dan makhluk bayang-bayangnya, sedangkan alam berdimensi 4 dan makhluk jinnya adalah ruangan berdimensi 3 dengan baloknya.
Tampak dengan mudah dilihat bahwa kedua alam berdampingan dan kedua makhluk hidup di alam yang berbeda. Kedua makhluk juga mempunyai dimensi yang berbeda, bayang-bayang berdimensi 2 sedangkan balok berdimensi 3. Makhluk berdimensi 2, yaitu bayang-bayang tidak bisa memasuki ruangan berdimensi 3, dia tetap berada di tembok, sedangkan makhluk berdimensi 3 yakni balok dapat memasuki alam berdimensi 2, yakni tembok. Bagaimanakah caranya balok bisa memasuki dinding yang berdimensi 2?
Balok yang berdimensi 3 memiliki permukaan berdimensi 2 yakni bagian sisi-sisinya. Apabila si balok ingin memasuki alam berdimensi dua, dia cukup menempelkan bagian sisinya yang berdimensi 2 ke permukaan tembok. Bagian sisi balok sudah memasuki alam berdimensi 2 permukaan tembok. Bagian sisi balok ini dapat dilihat oleh makhluk bayang-bayang di tembok sebagai makhluk berdimensi 2 juga. Analoginya adalah jin yang dilihat oleh kita penampakannya di alam dunia sebenarnya berdimensi 4 tetapi oleh indera kita dilihat sebagai makhluk berdimensi 3 seperti tampaknya sosok kita manusia.

3. Langit ketiga sampai dengan langit ketujuh
Langit ketiga sampai dengan keenam dihuni oleh arwah-arwah, sedangkan langit ke tujuh adalah alam akhirat dengan surga dan nerakanya. Analoginya sama dengan langit kedua di atas, karena pengetahuan kita hanya sampai kepada alam berdimensi 3.

Dapat diartikan bahwa sebenarnya alam semesta ini ada dalam satu ruang lingkup namun berbeda tingkatannya. Tingkatan yang dimaksud disini adalah tingkatan kepadatan partikel dan dimensi penyusun bentuk atau zatnya. Dengan demikian, dunia tempat kita berpijak ini titik koordinatnya sama dengan dunia pada dimensi lain hanya saja terpisah alam atau dimensi.

Tingkatan Mahluk dan Unsur Kehidupan
Ini dari pendapat saya sendiri setelah mengamati dan membaca banyak buku kemungkinan mahluk hidup yang ada dialam semesta ini tercipta dari beberapa tingkatan partikel atau penyusun jasadnya. Dari adanya perbedaan dimensi tersebut maka dapat difikirkan bahwa mahluk hidup dan unsurnya juga memiliki beberapa tingkatan. Mulai dari unsur yang keras dan padat, cair, gas, dan cahaya. Partikel yang paling padat adalah benda keras dan tampak dengan kasat mata seperti kita manusia yang terbentuk dari banyak partikel padat, tanah, batu, pasir, debu, termasuk air, sedangkan partikel padat yang paling kecil adalah gas. Mahluk yang tercipta dari partikel padat ini adalah seperti manusia, hewan, tumbuhan, beserta semua benda yang ada di alam semesta Dimensi 3 kita ini.

Partikel kedua adalah partikel halus yang tidak kasat mata seperti listrik, bau, suara, angin atau udara, partikel ini memiliki unsur penyusun tetapi sangatlah halus atau ghaib. Misalnya listrik yang tersusun dari ion2 positif dan negatif, dan udara yang merupakan partikel ringan yang melayang atau Oksigen. Partikel ini tidak dapat ditangkap dan dilihat tetapi dapat dirasakan serta dapat juga memberikan sentuhan, dorongan, panas, dingin, serta getaran. Misalnya angin yang bergesek dengan benda padat akan menghasilkan suara, demikian pula suara yang kita keluarkan dari mulut adalah hasil gesekan antara angin yang keluar dari paru-paru kita dengan pita suara.

Partikel yang paling halus lagi adalah api, dimana api ini sifatnya hidup, membutuhkan oksigen dan mengeluarkan unsur panas. Api tidak dapat disentuh tetapi dapat dilihat karena adanya cahaya yang merupakan hasil dari pembakarannya dan dapat dirasakan yakni adanya panas. Api juga memiliki warna sehingga cahaya yang dihasilkannya juga bisa menghasilkan warna tergantung unsur pembakarnya. Mahluk yang tercipta dari api ini adalah sebangsa jin yang berada di Dimensi 4.

Partikel yang sangat halus adalah cahaya, cahaya ini sebenarnya berasal dari adanya api atau pembakaran. Cahaya tidak terpengaruh dengan hukum2 fisika dan momentum. Cahaya dapat mengisi ruang gelap, dan dapat pula berwarna sesuai dengan warna dari unsur padat yang dipantulkannya. Cahaya tidak dapat dipegang, kalaupun bisa dilihat sifatnya adalah semu… dan tidak bisa kita gambarkan dengan rumus kimia apapun. Mahluk yang tercipta dari cahaya ini adalah bangsa Malaikat dan berada di Dimensi 9.

Selanjutnya ada lagi yang misteri, yaitu ruh… apakah ruh ini bisa digambarkan dengan lugas seperti yang dijelaskan dalam dimensi2 diatas? Kemungkinan, ruh ini lebih halus lagi dari semua unsur yang kita kenal.. ruh inilah yang hidup dan kekal tidak mati. Artinya meskipun jasad kita telah mati, akan tetapi itu tidak berlaku pada ruh. Apakah benar ruh juga berada pada dimensi yang berbeda seperti yang dijelaskan pada cerita diatas? Ruh orang yang telah mati akan tertahan sementara di alam atau dimensi lain sebelum akhirnya nanti dikumpulkan dan dihidupkan kembali, yaitu alam barzah. Benarkah..? ini opini berdasarkan yang pernah saya baca dan dengar saja. Ruh ini tidak terpengaruh oleh waktu, sehingga sifatnya kekal.

Dengan demikian berarti kita manusia adalah mahluk yang paling rendah unsur penyusunnya, itulah sebabnya mengapa bangsa jin tidak mau bersujud dihadapan Adam karena mereka merasa bahwa mereka mahluk yang lebih tinggi dari manusia. Tetapi dari semua mahluk ciptaan Allah SWT, ruh kita adalah sama meskipun unsur penyusunnya berbeda. Benarkah demikian? Belum tahu kebenarannya ni karena belum ada juga dalil dan teorinya atau mungkin saya belum pernah baca kali ya?

Zat Sang Pencipta
Zat sang maha pencipta adalah zat yang maha mulia dan maha sempurna, kita tidak akan bisa mengetahui seperti apa zatnya dan seperti apa bentuknya. Allah SWT tidak berada di dimensi manapun, tapi meliputi semua dimensi itu. Wajah Allah tidak serupa dengan wajah manapun. Dalam keberadaannya,Tuhan tidak bukan berada di sini bukan di situ, bukan begini bukan begitu. Tidak ada yang bisa menjelaskan kecuali Allah sendiri yang menjelaskan.

Muhammad SAW sendiri terpesona dan tidak mampu berkata apa-apa ketika berhadapan dengan Allah Swt, lalu beliau tersungkur dan tidak mampu memandang. Nabi Musa As pun tersungkur menatap kehadiran Allah di bukit Sinai, untuk itu Allah “terpaksa” menghadirkan simbol di dimensi ketiga berupa pancaran api yang membakar ilalang agar Musa sanggup menghadapinya.

Keajaiban Isra dan Miraj
Cerita mengenai luasnya alam semesta ini sebenarnya bisa dijelaskan melalui peristiwa perjalanan Rasulullah saat Isra’ Mi’raj… Saya aja baru menyadari akan hal ini, padahal dari kecil acara Isra’ Mi’raj selalu saya ikuti tapi maksudnya yang diambil hikmahnya hanya perintah menunaikan ibadah Sholat lima waktu. Ternyata ada ilmu pengetahuannya juga bila kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu segi keilmuan.

Allah Swt berfirman di dalam Alquran Surah Al-Israa’ ayat 1:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda–tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa perjalanan luar biasa itu bukan kehendak dari Rasulullah Saw sendiri, tapi merupakan kehendak Allah Swt. Untuk keperluan itu Allah mengutus malaikat Jibril as (makhluk berdimensi 9) beserta malaikat lainnya sebagai pemandu perjalanan suci tersebut. Dipilihnya malaikat sebagai pengiring perjalanan Rasulullah Saw dimaksudkan untuk mempermudah perjalanan melintasi ruang waktu.

Selain Jibril as dan kawan-kawan, dihadirkan juga kendaraan khusus bernama Buraq, makhluk berbadan cahaya dari alam malakut. Nama Buraq berasal dari kata barqun yang berarti kilat. Perjalanan dari kota Makkah ke Palestina berkendaraan Buraq tersebut ditempuh dengan kecepatan cahaya, sekitar 300.000 kilo meter per detik.

Pertanyaan mendasar adalah bagaimanakah perjalanan dengan kecepatan cahaya itu dilakukan oleh badan Rasulullah Saw yang terbuat dari materi padat? Untuk malaikat dan Buraq tidak ada masalah karena badan mereka terbuat dari cahaya juga. Seandainya badan bermateri padat seperti tubuh kita dipaksakan bergerak dengan kecepatan cahaya, bisa diduga apa yang akan terjadi. Badan kita mungkin akan terserai berai karena ikatan antar molekul dan atom bisa terlepas.

Jawaban yang paling mungkin untuk pertanyaan itu adalah tubuh Rasulullah Saw diubah susunan materinya menjadi cahaya. Bagaimanakah hal itu mungkin terjadi?

Teori yang memungkinkan adalah teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materinya. Dan jika materi direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut bisa lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.

Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika partikel proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron dengan positron (anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan lenyap dan memunculkan dua buah sinar gamma, dengan energi masing-masing 0,511 MeV (Multiexperiment Viewer) untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel proton.

Sebaliknya apabila ada dua buah berkas sinar gamma dengan energi sebesar tersebut di atas dilewatkan melalui medan inti atom, maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel tersebut di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi bisa dirubah menjadi cahaya dengan cara tertentu yang disebut annihilasi dan sebaliknya.

Nah, kalau dihitung jarak Mekkah – Palestina sekitar 1500 km ditempuh dengan kecepatan cahaya, maka hanya dibutuhkan waktu sekitar 0,005 detik dalam ukuran waktu kita di bumi.

Sesampainya di Palestina tubuh Rasulullah Saw dikembalikan menjadi materi. Peristiwa ini mungkin lebih dikenal seperti teleportasi dalam teori fisika kwantum. Dari Palestina dilanjutkan dengan perjalanan antar dimensi ke Sidratul Muntaha, yakni dari langit dunia (langit pertama) ke langit kedua, ketiga sampai dengan langit ketujuh dan berakhir di Sidratul Muntaha.

Yang perlu dipahami adalah perjalanan antar dimensi bukanlah perjalanan berjarak jauh atau pengembaraan angkasa luar, melainkan perjalanan menembus batas dimensi. Karena walaupun tubuh Rasulullah Saw diubah menjadi cahaya seperti perjalanan dari Mekkah ke Palestina, tidak akan selesai menempuh perjalanan di langit pertama saja. Bukankah untuk menempuh diameter alam semesta diperlukan 30 miliar tahun dengan menggunakan kecepatan cahaya. Jadi bagaimana caranya?

Seperti telah disebutkan di atas dalam penjelasan posisi antar dimensi bahwa posisi langit kedua dengan langit pertama dianalogikan seperti sebuah ruangan berdimensi 3 dengan dinding tembok berdimensi 2. Makhluk bayangan berdimensi 2 di tembok tidak bisa memasuki ruangan berdimensi 3, kecuali ada bantuan dari makhluk berdimensi lebih tinggi, minimal dari makhluk berdimensi 3, yakni balok. Caranya si balok menempelkan salah satu sisinya ke tembok dan makhluk bayangan menempelkan diri ke sisi balok itu. Dengan menempel di sisi balok dan mengikutinya, makhluk bayangan bisa memasuki ruang berdimensi 3 dan meninggalkan wilayah berdimensi 2, yakni dinding tembok.

Begitulah kira-kira analogi bagaimana Rasulullah Saw melakukan perjalanan antar dimensi. Dengan kehendak Allah Swt, Jibril membawa Rasulullah Saw melakukan perjalanan dari langit pertama hingga langit ketujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Perjalanan ini bukan perjalanan jauh seperti telah disebutkan tadi. Kejadian itu terjadi di tempat Rasulullah Saw terakhir duduk shalat di Masjidil Aqsa Palestina, karena ruang berdimensi 4,5 dan seterusnya itu persis berada di sebelah kita, hanya kita tidak melihatnya dan tidak bisa mencapainya.

Wajar saja perjalanan Isra Miraj Rasulullah Saw dari Mekkah ke Palestina dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul Muntaha hanya terjadi dalam semalam. Bayangkan dalam zaman ketika pemahaman manusia tentang sains dan teknologi belum seperti sekarang, seorang Abu Bakar Ash Shiddiq Ra. Sahabat yang suci bisa beriman dan menerima kebenaran cerita Rasulullan Saw tanpa sanggahan.

Begitu dekatnya jarak alam dunia (langit pertama) dengan alam akhirat (langit ketujuh) yang sangat dekat sudah digambarkan oleh hadist dari Jabir bin Abdullah. Ketika itu Rasulullah Saw didatangi oleh lelaki berwajah bersih dan berbaju putih (yang ternyata adalah malaikan Jibril as yang memasuki dimensi alam manusia) :
Bertanya orang itu lagi (yakni Jibril as), “Berapakah jaraknya dunia dengan akhirat?” Bersabda Rasulullah SAW, “Hanya sekejap mata saja.”

Kesimpulan dari misteri bumi dunia paralel dapat anda tarik hasilnya dari beberapa fakta dalil dan keterangan di atas. Yang pasti kita dituntut untuk menyadari bahwa betapa kecilnya manusia dihadapan alam semesta, apalagi dihadapan Allah Swt Maha Pencipta segalanya.
Back to Top